Home » Archives for 2013
strategi dalam komunikasi
Posted in
strategi dalam komunikasi
|
Rabu, 24 Juli 2013
|
Catatan si boy
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dinamis di dalam lingkungan
sosialnya. Agar dapat berkembang, manusia melakukan interaksi dengan sesamanya.
Hubungan yang baik diperoleh dari komunikasi yang baik pula. Oleh karena itulah
manusia melakukan komunikasi untuk mendapatkan hubungan atau ikatan yang dapat
meningkatkan kualitas kehidupannya.
Komunikasi adalah sendi dasar terjadinya sebuah interaksi
sosial, antara yang satu dengan yang lain saling tolong menolong, saling
memberi dan menerima, saling ketergantungan. Intinya bahwa dengan berkomunikasi
akan terjadi kesepahaman atau adanya saling pengertian antara satu dengan yang
lain.
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya memerlukan alat
yang berperan sebagai akselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Sejalan dengan hal tersebut, strategi
diyakini sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian strategi dalam komunikasi ?
2.
Bagaimana Kebijakan dan Teori Dalam
Strategi Komunikasi ?
3.
Bagaimana Program Komunikasi Dalam Pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi
Organisasi dalam usaha mencapai tujuannya memerlukan alat
yang berperan sebagai akselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Sejalan dengan hal tersebut, strategi diyakini
sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Apakah strategi itu? Kata
strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang
berarti jendral. Maksudnya disini adalah strategi berarti seni para jendral.
Maka dari sudut pandang militer strategi adalah cara menempatkan pasukan atau
menyusun kekuatan tentara di medan perang agar musuh dapat dikalahkan (Hill,
1998)[1].
Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk
mewujudkan visi organisasi, melalui misi. Strategi membentuk pola pengambilan
keputusan dalam mewujudkan visi organisasi. Dengan tindakan berpola, perusahaan
dapat menge-rahkan dan mengarahkan seluruh sumber daya organisasi secara
efektif keperwujudan visi organisasi. Tanpa strategi yang tepat, sumber daya
organisasi akan terhambur konsumsinya, sehingga akan berakibat pada kegagalan
organisasi dalam mewujudkan visinya.[2]
Berdasarkan tinjauan beberapa
konsep tentang strategi di atas, maka strategi organisasi dapat didefinisikan
sebagai:
1)
Alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan‐tujuannya
2)
Seperangkat perencanaan yang dirumuskan oleh
organisasi sebagai hasil pengkajian yang mendalam terhadap kondisi kekuatan dan
kelemahan internal serta peluang dan ancaman external.
3)
Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan
dengan keputusan dan tindakan yang
dipilih oleh organisasi.
Porter (1985) mengaitkan strategi
dengan upaya organisasi untuk mencapai keunggulan bersaing, bahkan dikatakan
bahwa strategi adalah alat penting dalam rangka mencapai keunggulan bersaing.
Hal tersebut sejalan dengan tujuan strategi yaitu untuk mempertahankan atau
mencapai suatu posisi keunggulan dibandingkan dengan pihak pesaing (Karhi
Nisjar, 1997). Implikasi dari kajian tersebut adalah bahwa organisasi dikatakan
masih meraih suatu keunggulan apabila ia dapat memanfaatkan peluang-peluang
dari lingkungannya, yang memungkinkan organisasi untuk menarik
keuntungan-keuntungan dari bidang-bidang yang menjadi kekuatannya.[3]
B. Strategi Komunikasi
Keberhasilan kegiatan komunikasi
secara efektif banyak ditentukan oleh penentuan strategi komunikasi. Di lain
pihak jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi
(terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh
negatif. Sedangkan untuk menilai proses komunikasi dapat ditelaah dengan
menggunakan model-model komunikasi. Dalam proses kegiatan komunikasi yang
sedang berlangsung atau sudah selesai prosesnya maka untuk menilai keberhasilan
proses komunikasi tersebut terutama efek dari proses komunikasi tersebut
digunakan telaah model komunikasi.
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa :
Menurut Onong Uchjana Effendi dalam buku berjudul “Dimensi-dimensi Komunikasi” menyatakan bahwa :
“.... strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management)
untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi
harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan,
dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung dari situasi dan kondisi”. (1981: 84).
Selanjutnya menurut Onong Uchjana Effendi bahwa strategi
komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu : Secara
makro (Planned multi-media strategy) dan Secara mikro (single communication medium strategy). Kedua aspek tersebut mempunyai
fungsi ganda, yaitu : menyebarluaskan
pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif dan instruktif secara
sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal.
Sedangkan menurut
Anwar Arifin dalam buku ‘Strategi Komunikasi’ menyatakan bahwa : Sesungguhnya
suatu strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang
akan dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi,
berarti memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan
yang akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas.
C. Kebijakan dan Teori Dalam Strategi Komunikasi
Dalam hal strategi dalam bidang
apa pun tentu harus didukung dengan teori. Begitu juga pada strategi komunikasi
harus didukung dengan teori, dengan teori merupakan pengetahuan mendasar
pengalaman yang sudah diuji kebenarannya. Karena teori merupakan suatu
statement (pernyataan) atau suatu konklusi dari beberapa statement yang
menghubungkan (mengkorelasikan) suatu statement yang satu dengan statement
lainnya.
Tahapan Penentuan
Kebijakan
1)
"Identify the Decision to be Mode". Tahap
mengidentifikasi keputusan yang akan dibuat, yakni mengkaji dan menganalisan
keputusan yang harus dibuat. kesadaran seorang pengambil keputusan untuk
terlebih dahulu merefleksi dasar penentuan kebijakan tersebut.
2)
“Gather Relevant Information". Tahap pengumpulan
informasi yang relevan. tujuan dari tahap ini adalah mengetahui informasi riil
yang diperlukan, sumber informasi yang terbaik, dan bagaimana cara mendapatkan
itu.
3)
"Identify alternatives". Berdasarkan informasi
dari tahap dua diatas, maka diperoleh beberapa alternatif keputusan yang dapat
diperoleh. Informasi tersebut diklasifikasi menjadi alternatif yang
memungkinkan (feasible), logis, dan dapat diadopsi dengan mudah oleh
masyarakat. Selain dari informasi tersebut,bagi seorang penentu kebijakan dapat
juga menggunakan nalar dan imajinasi untuk menentukan alternatif yang baru.
4)
"Weigh Evidence". Tahap dimana
informasi dan fakta yang sudah dikumpulkan dan menjadi alternatif selanjutnya
dipertimbangkan (judging). Seorang penentu kebijakan haruslah melibatkan emosi
dan nformasi yang dimilikinya untuk membayangkan apayang akan terjadi apabila
masing-masing alternatif tersebut diterapkan. tahap ini menganalisis
kemungkinan dampak-dampak yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil baik
positif maupun negatif. pada tahap ini dapat juga menggunakan pendekatan
analisis SWOT.
5)
"Choose Among Alternatives". Memilih
diantara alternatif yang tersedia. hal ini didasarkan atas pertimbangan dari
semua bukti,informasi yang ada dan sudah yakin akan menggunakan satu
alternatif. Dari alternatif yang ada dapat juga dikomunikasikan sesuai dengan
kebutuhanya.
6)
"Take Action". Mulailah
mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan dalam bentuk peraturan
keputusan, perundangan, ketetapan dan lain-lain. dalamhal ini dibuat pula
strategi implementasi yang efektif dan efisien dengan pola delivery system dan difusi yang tepat.
7)
"Reviuw Decision and Consequences".
Tinjauan ulang terhadap keputusan dan konsekwensi yang telah ditetapkan. Pada
langkah ini penentu kebijakan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, evaluasi keberhasilanya[4].
Selanjutnya
strategi komunikasi harus juga meramalkan efek komunikasi yang diharapkan,
yaitu dapat berupa : menyebarkan informasi, melakukan persuasi dan melaksanakan
intruksi. Dari efek yang diharapkan tersebut dapat ditetapkan bagaimana cara
berkomunikasi (how to communicate), dapat dengan komunikasi tatap muka (face to
face communication), dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan
tingkah laku (behaviour change) dari komunikan karena sifatnya lebih persuasif
, komunikasi bermedia (mediated communication), dipergunakan lebih banyak untuk
komunikasi informatif dengan menjangkau lebih banyak komunikan tetapi sangat
lemah dalam hal persuasif.
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting, itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan dan menetapkan kebijakan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan.
Dalam strategi komunikasi peranan komunikator sangatlah penting, itulah sebabnya strategi komunikasi harus luwes supaya komunikator sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan dan menetapkan kebijakan bila dalam pelaksanaan menemui hambatan.
Dimulainya komunikasi dengan
membangkitkan perhatian akan menjadikan suksesnya komunikasi. Setelah perhatian
muncul kemudian diikuti dengan upaya menumbuhkan minat yang merupakan tingkatan
lebih tinggi dari perhatian. Minat merupakan titik pangkal untuk tumbuhnya
hasrat. Selanjutnya seorang komunikator harus pandai membawa hasrat tersebut
untuk menjadi suatu keputusan komunikan untuk melakukan suatu kegiatan yang
diharapkan komunikator.
D. Program Komunikasi Dalam Organisasi
Pendidikan
Dalam kegitan suatu organisasi atau lembaga khusunya dalam hal pengelolaan
pendidikan tentunya tidak terlepas dengan komunikasi. Oleh sebab itu suatu
manajemen pendidikan akan berhasil apabila terjadinya suatu proses komunikasi
yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau ide dibahas
dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan, sehingga terjadi
pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi pokok dari pembahasan
untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam pendapat.
Berdasarkan hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu organisasi atau instansi
tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses komunikasinya lancar
tanpa adanya suatu hambatan, walaupun ada hambatan, maka komunikator dan
komunikan harus dengan cermat segera mengatasi permasalahan yang menyebabkan
terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat berlangsung.
Berbagai
program komunikasi yang dapat menumbuhkan hubungan baik dengan karyawan,
menurut Rosady Ruslan (1999:257) antara lain:
1.
Program
pendidikan dan pelatihan. Program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan
oleh perusahaan, yakni dalam upaya meningkatkan kualitas ketrampilan (skill)
karyawan, dan kualitas maupun kuantitas pemberian jasa pelayanan dan
sebagainya.
2.
Program
pencapaian motivasi kerja berprestasi. Programm ini dikenal dengan istilah
Achievement Motivation Training – AMT, dimana dalam pelatihan tersebut
diharapkan dapat mempertemukan antara motivasi dan prestasi kerja karyawan
dengan harapan-harapan atau keinginan dari pihak perusahaan dalam mencapai
produktivitas yang tinggi.
3.
Program
penghargaan. Program penghargaan disini dimaksudkan adalah dalam upaya pihak
perusahaan (pimpinan) memberikan suatu penghargaan kepada karyawan, baik yang
berprestasi kerja maupun cukup lama masa pengabdiannya secara terus mnerus dan
sebagainya. Dalam hal ini, penghargaan yang diberikan itu akan menimbulkan
loyalitas dan rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi terhadap perusahaan.
4.
Program acara
khusus (Special Events), yakni merupakan program yang sengaja dirancang di luar
bidang pekerjaan sehari-hari, misalnya menghadapi event ulang tahun perusahaan
dengan mengadakan kegiatan keagamaan, olah raga, lomba dan hingga berpiknik bersama
yang dihadiri oleh pimpinan dan semua karyawannya dengan maksud menumbuhkan
rasa keakraban bersama diantara sesama karyawan dan pimpinan .
5.
Program media
komunikasi internal, yakni merupakan program pembuatan media komunikasi seperti buletin, majalah dinding, majalah
perusahan, newsletter, papan pengumuman, buku penuntun dan pedoman kerja, yang
memberikan pesan, informasi, dan berita yang berkaitan dengan kegiatan antar
karyawan, perusahaan atau pimpinan[5].
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi merupakan pola di dalam arus keputusan atau tindakan, dan
strategi organisasi dapat didefinisikan sebagai:
1)
Alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan‐tujuannya
2)
Seperangkat perencanaan yang dirumuskan oleh
organisasi sebagai hasil pengkajian yang mendalam terhadap kondisi kekuatan dan
kelemahan internal serta peluang dan ancaman external.
3)
Pola arus dinamis yang diterapkan sejalan
dengan keputusan dan tindakan yang
dipilih oleh organisasi.
strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dan manajemen (communications management)
untuk mencapai suatu tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad, pokok
manajemen: pengetahuan praktis bagi pi,pinan dan eksekutif, , 2002 (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar).
Dwi Suryanto Hidayat.Strategi
Membangun Kompetensi Organisasi dalam rangka meningkatkan Kinerja perguruan
tinggi swasta (pts) Di jawa tengah. 2008 (Tesis, Program Studi Magister
Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang).
Cepi Riyana. Proses
kebijakan ICT Indonesia. (makalah Universitas Pendidikan Indonesia2008)
Lena Satlita. Program Komunikasi Internal Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan.( Di
unduh tgl 20-12-2012 di google http://
program komunikasi organisasi.pdf)
[1]
Azhar Arsyad, pokok manajemen: pengetahuan praktis bagi pi,pinan dan eksekutif,(Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002).
[2]
Dwi Suryanto Hidayat.Strategi Membangun Kompetensi Organisasi dalam rangka
meningkatkan Kinerja perguruan tinggi swasta (pts) Di jawa tengah. (Tesis,
Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro
Semarang 2008)
[3]
Ibid. hal33
[4]
Cepi Riyana. Proses kebijakan ICT Indonesia. (makalah Universitas
Pendidikan Indonesia2008)
[5]
Lena Satlita. Program Komunikasi Internal
Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan.( google http:// program
komunikasi organisasi.pdf)
Desain pembelajaran
Posted in
Desain pembelajaran
|
|
Catatan si boy
BAB I
PENDAHULUAN
Desain pembelajaran merupakan
prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam
rencana-rencana untuk bahan-bahan dan aktivitas-aktivitas instruksional (Smith
and Ragan, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa disain pembelajaran
dapat dianggap sebagai suatu sistem yang berisi banyak komponen yang saling
berinteraksi. Komponen-komponen tersebut harus dikembangkan dan
diimplementasikan untuk kelengkapan suatu instruksional.
Sistem pengembangan instruksional
sering kali direpresentasikan sebagai model grafik. Beberapa tahun terakhir
sejumlah model disain pembelajaran diperkenalkan oleh beberapa ahli/tokoh.
Gentry mengatakan bahwa model disain pembelajaran adalah suatu representatif
gafik tentang suatu pendekatan sistem, yang dirancang untuk memfasilitasi
pengembangan yang efektif dan efisien dari pembelajaran.
Tujuan dari disain pembelajaran
yaitu membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien dan mengurangi tingkat
kesulitan pembelajaran (Morrison, Ross, dan Kemp, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain Pembelajaran
Desain pembelajaran sebagai proses
menurut Syaiful Sagala (2005:136)adalah pengembangan pengajaran
secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin
kualitas pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut
dalam kurikulum yang digunakan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai
dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai
sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas
berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan
pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan
ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta
pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam
skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan
kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan
desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan
isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif
antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari
pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan"
berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar
pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat
terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis
komunitas.
B. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain
pembelajaran adalah:
·
Pembelajar
(pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
·
Tujuan
Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai
oleh pembelajar.
·
Analisis
Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan
dipelajari
·
Strategi
Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro
dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
·
Bahan
Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
·
Penilaian
Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau
belum.
Selanjutnya kita akan masuk kepada
pembahasan khusus kita, Yakni pembahasan tentang model pembelajaran yang dengan
namanya Model Pembelajaran Gerlach dan Ely.
C.
Model Pengembangan Gerlach dan Ely
Model pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode
perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis pedoman
atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini diperlihatkan
keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak menggambarkan
secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga diperlihatkan hubungan
antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta menyajikan suatu pola urutan
yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk mengajar.
Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971)
dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar.
D.
Unsur-unsur dalam desain
instruksional yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely
1)
Merumuskan tujuan pembelajaran (specification
of object)
Tujuan
instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada
tingkat jenjang belajar tertentu. Tujuan pembelajaran harus bersifat jelas
(tidak abstrak dan tidak terlalu luas) dan operasional agar mudah diukur dan
dinilai.
2)
Menentukan isi materi (specification
of content)
Bahan
atau materi pada dasarnya adalah isi dari kurikulum yakni berupa mata pelajaran
atau bidang studi, topic/sub topic dan rinciannya. Isi materi berbeda-beda
menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Pemilihan materi haruslah spesifik
agar lebih mudah membatasi ruang lingkupnya dan dapat lebih jelas dan mudah
dibandingkan dan dipisahkan dengan kelompok lainnya.
3)
Menurut kemampuan awal/penilaian
kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Kemampuan
awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang kemampuan
awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang
tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan tentang
kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan,
misalnya apakah perlu persiapan remedial.
4)
Menentukan teknik dan strategi (Determination
of strategy)
Menurut
Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam
memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan
siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini
pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan
sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk eksopose
(espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya
lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih
mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam pengertian
instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis untuk
menyajikan pesan atau informasi instruksional.
5)
Pengelompokan belajar (Organization
of groups)
Setelah
menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana
kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar
secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang
berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif
siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang
luas.
6)
Menentukan pembagian waktu (Allocation
of times)
Pemilihan
strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak
mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian
besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi,
untuk pekerjaan laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin
keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah
ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
7)
Menentukan ruang (Allocation of
space)
Sesuai
dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada no.5, alokasi ruang
ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih
efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau
mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan pengajar.
8)
Memilih media instruksional yang
sesuai (Allocation of Resources)
Pemilihan
media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati. Jadi tidak sekadar
yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely mambagi
media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a) manusia
dan benda nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media
cetak, dna (e) media display.
9)
Mengevaluasi hasil belajar (evaluation
of performance)
Kegiatan
belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dan
media instruksional. Hakiakat belajar adalah perubahan tingkah laku belajar
pada akhir kegiatan instruksional. Semua usaha kegiatan pengembangan
instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku
akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar
rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif.
Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku
belajar siswa yang terukur dan dapat diamati.
Gerlach
dan Ely membagi media sebagai sumber belajar menjadi 5 kategori:
- Manusia
dan benda nyata
- Media
visual proyeksi
- Media
audio
- Media
cetak
- Media
display
10)
Menganalisis umpan balik (analisys
of feedback)
Analisis
umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional
ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun
tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah
sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional tersebut
sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.
Model pembelajaran Gerlach dan Ely (1971) merupakan suatu
metode perencanaan pengajaran yang sistematis. Model ini menjadi suatu garis
pedoman atau suatu peta perjalanan pembelajaran karena dalam model ini
diperlihatkan keseluruhan proses belajar mengajar yang baik, sekalipun tidak
menggambarkan secara rinci setiap komponennya. Dalam model ini juga
diperlihatkan hubungan antara elemen yang satu dengan yang lainnya serta
menyajikan suatu pola urutan yang dapat dikembangkan dalam suatu rencana untuk
mengajar.
Gerlach
dan Ely mengatakan bahwa melalui tes Enteryng Behaviors
(kemampuan awal) siswa, guru akan mengetahui apa yang dibawa atau yang telah
diketahui oleh siswa terhadap sesuatu pelajaran pada saat (pelajaran) dimulai.
Para perancang pembelajaran atau guru dalam mengembangkan satuan pelajaranya
dia harus mengetahui; siapa kelompok, populasi, atau sasaran kegiatan
pembelajaran tersebut? Perlunya guru atau perancang pembelajaran mengetahui
kemampuan awal ini, agar pelaksanaan pembelajaran berjalan efektif, karena
pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa terdapat juga pengetahuan yang merupakan
prerequisit bagi tugas belajar yang baru. Untuk mengetahui kemampuan
awal sekelompok siswa atau mahasiswa perlu diadakan tes awal (pre-test).
Tes awal mempunyai fungsi atau tujuan yang berharga dan penting bagi
pengembangan suatu pembelajaran.
Kelebihan
model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Sangat teliti dalam merancang
dan melaksanakan pembelajaran
- Cocok digunakan untuk segala
kalangan
Kekurangan
model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
- Terlalu panjangnya prosedur
perancangan desain pembelajaran
- Tidak adanya tahapan pengenalan
karakteristik siswa
Contoh
Konsep pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely dalam PAI
di sekolah adalah sebagai berikut:
1)
Merumuskan tujuan pembelajaran (specification
of object)
Tujuan
pembelajaran sejarah disekolah sesuai dengan kurikulum, yaitu berupa pelajaran
tentang cara baca Alqur’an, cara berwudhu, sholat dan lain-lain.
2)
Menentukan isi materi (specification
of content)
Isi
materi PAI berbeda-beda menurut tingkatan dan kelasnya, namun isi materi
pembelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya. Dalam
menentukan isi materi PAI harus diperhatikan batasan dan ruang lingkup materi
karena berbeda menurut kelompok dan tingkatan kelas.
3)
Menurut kemampuan awal/penilaian
kemampuan awal siswa (Assesment of Entering behaviors)
Tes
awal berfungsi untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa dalam
pelajaran PAI, sebelum mendapat materi yang sudah disiapkan oleh seorang guru.
4)
Menentukan teknik dan strategi (Determination
of strategy)
PAI
dikaitkan dengan kegiatan siswa atau siswi dikehidupannya sehari-hari. Masalah
yang membosankan dalam pembelajaran harus dihilangkan. Sebelumnya ditambah
pelajaran PAI yang jarang dipelajari di sekolah umum maka dalam mengajar PAI
itu guru menggunakan metode yang aktif, kreatif dan inovatif (active learning). Artinya guru tidak
menggunakan metode yang tepat untuk setiap materi, jangan disamaratakan setiap
materi menggunakan metode yang sama dan siswa diajak untuk melakukan kegiatan
itu, siswa jangan hanya mendengarkan cerita guru, hal itu akan membosankan
peserta didik, apalagi jika penampilan guru tidak menarik maka lengkaplah sudah
bahwa mata pelajaran PAI sangat membosankan, sehingga dengan desain ini
diharapkan guru dapat membuat siswa tertarik terhadap pelajaran PAI.
5)
Pengelompokan belajar (Organization
of groups)
Membentuk
kelompok belajar yang menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman masing-masing
sesuai dengan tugas materi yang ditetapkan kepada siswa dalam pelajaran PAI.
6)
Menentukan pembagian waktu (Allocation
of times)
Alokasi
waktu harus ditentukan agar sebagian besar waktunya dapat dialokasikan untuk
presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan observasi di musium secara
individual, atau untuk diskusi dalam kelompok tentang materi pelajaran PAI.
7)
Menentukan ruang (Allocation of
space)
Dalam
pembelajaran PAI harus diberikan ruang agar dalam proses pembelajaran siswa
dapat berinteraksi dengan siswa lain dan juga dengan guru.
8)
Memilih media instruksional yang
sesuai (Allocation of Resources)
Media
yang dapat digunakan dalam pembelajaran PAI adalah:
a.
Audio (kaset audio, CD dll)
b.
Cetak (buku pelajaran, brosur,
modul, leaflet, dan gambar)
c.
Proyeksi visual diam (OHP, film
bingkai/slide)
d.
Audio visual gerak (film gerak
bersuara, video, TV)
9)
Mengevaluasi hasil belajar (evaluation
of performance)
Melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa baik berupa tes objektif maupun essay
yang berguna untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar PAI
di sekolah.
10)
Menganalisis umpan balik (analisys
of feedback)
Melakukan
perbaikan terhadap proses pembelajaran PAI baik dari guru ataupun siswa/peserta
didik
Pendekatan
pembelajaran menekankan pada gaya bagaimana menyampaikan materi yang meliputi:
sifat, cakupan dan prosedur kegiatan yang memberikan pengalaman (Vermon S.
Gerlach dan Donald P. Ely, 1980). Model desain instruksional yang dikembangkan
Gerlach dan Ely sangat cocok dengan pelajaran sejarah, sehingga bisa dijadikan
sebagai pedoman untuk membuat perencanaan pembelajaran sejarah.
Desain
instruksional diatas merupakan model instruksional yang paling sesuai digunakan
dalam pembelajaran sejarah, karena langkah-langkahnya sangat lengkap dan
spesifik disamping itu, model juga tidak memiliki batasan tertentu sehingga
dapat digunakan dari semua kalangan (umum) walaupun memiliki sejumlah
kekurangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desain pembelajaran sebagai proses
menurut adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang
digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas
pembelajaran. Mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran
harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam
kurikulum yang digunakan.
Model
pembelajaran Gerlach dan Ely merupakan suatu metode perencanaan pengajaran yang
sistematis.
Kelebihan
model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
·
Sangat
teliti dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
·
Cocok
digunakan untuk segala kalangan
Kekurangan
model pengembangan desain instruksional pembelajaran Gerlach dan Ely:
·
Terlalu
panjangnya prosedur perancangan desain pembelajaran
·
Tidak
adanya tahapan pengenalan karakteristik siswa
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Majid. 2007. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru,
Bandung, Rosdakarya.
Alwi
Suparman. 1991. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
Bistok
Sirait. 1989. Bahan Pengajaran Untuk Mata Kuliah Evaluasi Hasil Belajar
Siswa, Jakarta, Depdikbud, Dirjen-Dikti, P2LPTK.
Depdiknas.
2003. Pendekatan Kontekstual, Jakarta, Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Meenengah Direktorat Pendidikan La
Gerlach, Vernon S. & Donald P.
Ely. Teaching & Media: A Systematic Approach. Second edition.
(Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1980
Harjanto. 2006.
Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Dewi, L. Rishe Purnama . Handout Perencanaan Pembelajaran.
Masnur Muslich. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan
Pengembangan: Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah,
Komite sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru, Jakarta, Bumi Aksara.
Muhammad
Ali. 1983. Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Baandung, Sinar Baru
Algensindo.
Nasution
S. 1999. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta, Bumi Aksara.
R.
Ibrahim, Nana Syaodah S. 2003. Perencanaan Pengajaran, Jakarta, Rineka
Cipta Kerja sama Depdikbud.
Rostiyah
N.K. 1982. Masalah-masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta,
Bina Aksara
Rohani,
Ahmad. t.t. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, PT Rineka Cipta.
Salameto.
1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta, Bina
Aksara
Sunaryo.
1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Malang, IKIP
Suparno,
Ruslan Efendy, Sulaiman Sahlan. 1988. Dimensi-dimensi Mengajar, Bandung,
Sinar Baru.
Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi prilaku organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks...
-
STIKAP PEKALONGAN JL.SIMPANG TIGA SEDAYU WONOPRINGGO PEKALONGAN SEMINAR NASIONAL "PROSPEK PENGEM...
-
SAINS DAN TEKHNOLOGI PEMBAHASAN A.PENGERTIAN 1.Sains Menurut Medawar (1984) Sains (dari istilah inggris) berasal dari k...
-
BAB I PENDAHULUAN Desain pembelajaran merupakan prinsip-prinsip penerjemahan dari pembelajaran dan instruksi ke dalam rencana-rencana...
-
BAB I PENDAHULUAN Hadits merupakan sumber hukum bagi umat islam setelah Al-Qur’an. Hadits sendiri terbagi menjadi beberapa bagian di...
-
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap organisasi, terjadinya konflik merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindar...
-
KUTIPAN DAN NOTASI ILMIAH KUTIPAN Kutipan merupakan salah satu hal yang sangat esensi dalam penulisan karya ilmiah. ...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum mengkaji lebih jauh tentang kedudukan anak dalam kurikulum, perlu dikemukakan terl...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis di dalam lingkungan sosialnya. Agar dapat berkembang, man...
NavBar1
About
HARAPAN TERINDAH ADALAH KETIKA KITA BERTEMU DENGAN ROSULLULAH SAW.
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
NavBar2
Mengenai Saya
Recent Stories
Connect with Facebook
Sponsors
Search
Recent Comments